Jumat, 25 Januari 2019

Manajemen Strategik Pendidikan



Manajemen strategik pendidikan

                                                          Apri Eka Budiyono



1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia?

Paradigma pendidikan yang sudah di tuliskan bahwa menurut Mr. Soepomo dalam Sidang BPUPKI, 31 Mei 1945 mengemukakan teori Negara ditinjau dari segi integritas antara pemerintah dengan rakyat, yaitu tiga teori mengenai hubungan negara dengan rakyatnya, yaitu : individualisme, kelas (golongan), dan integralistik. Inilah yang menjadi pondasi awal dalam memperjuangkan serta membangun negara. Akan tetapi dalam membangun suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari pendidikan, sebab ini jalan untuk menuju kedamaian yang sebenarnya.

Berdasarkan tulisan ini, kalopun kita mengkritiknya mugkin tidak wajar untuk mengkritiknya. Sebab, menurut saya tulisan tersebut sudah sesuai dan suad benar dalam membangun bangsa negara ini. Adapun kritik yang menurut kami yang harus di kritik dalam tulisan ini adalah Menurut teori integralistik, negara adalah susunan masyarakat yang integral: semua anggota masyarakat merupakan bagian dari persatuan organis. Negara tidak memihak kepada golongan yang paling kuat, tidak mengutamakan kepentingan pribadi, melainkan menjamin keselamatan hidup seluruh bangsa sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, akan tetapi bukti dan pernyataan yang benar tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab, masih banyak pemerintah yang dalam menjalankan pemerintahanya tidak sesuai atau bertolak belakang dari teori integralistik tersebut.

Selain dari pada itu, dalam tulisan ini, Sejak pilihan jatuh ke paham integritas, maka sikap bangsa ini sangat jelas ketika di dunia ini ada dua paham yang saling berseberangan, yaitu individualisme dan kelas atau golongan. Paham integritas yang dipilih di BPUPKI jelas


bukan gabungan atau sintesa dari dua paham yang berseberangan tersebut. Oleh sebab itu, inilah awal kehancuran bangsa dan negara di karenakan banyak individualisme golongan yang saling mementingkan diri sendiri, hingga pada dampaknya yaitu proses pendidikan yang sudah di tetapkan tidak akan tercapai pada tujuan yang sudah di rumuskan. Hingga pedoman guru yang harus di lakukan tidak sesui yang seperti yang di tuliskan pada tulisan ini. Inilah sebagaian segelintir masalah dalam tulisan ini yang akan menjerumuskan bangsa dan negara serta dalam dunia pendidikan menjadi terpecah belah, hingga kemerdekaan yang sesungguhnya mulai runtuh.

Seperti dalam tulisan tersebut kosa kata REVOLUSI adalah perubahan cara berpikir yang disertai dengan tindakan. Ki Hadjar Dewantara (1922) menemukan bahwa cara untuk melawan kolonialisme adalah dengan cara yang digunakan oleh kolonialisme, yaitu Pendidikan. Maka, revolusi Pendidikan Ki Hadjar yang bernuansa politik anti kolonialisme diwujudkan dalam tiga bentuk, yaitu :

a)    Tujuan Pendidikan

Pendidikan kolonialisme Belanda yang mengutamakan Intelektualistis, Materialistis, dan Individualistis, telah menjauhkan anak dari masyarakatnya dan dari alamnya. Oleh karena itu, paradigma itu dilawan oleh Ki Hadjar dengan paradigma yang memperhatikan Kodrat Alam dan Jaman anak. Pendidikan tidak boleh menjauhkan anak dari alamnya dan keluarganya.

Sehingga Ki Hadjar membedakan antara pendidik dan pengajar Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik.

Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin. Maka Sembilan butir makna Pendidikan menurut Ki Hadjar di atas kemudian terangkum dalam Tri Rahayu, yaitu :


1)   Hamemayu Hayuning Sariro, yang berarti pendidikan berguna bagi yang bersangkutan, keluarganya, sesamanya, dan lingkungannya. Disini sangat jelas apa arti manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

2)   Hamemayu Hayuning Bongso, yang berarti pendidikan berguna bagi bangsa , negara, dan tanah airnya. Butir ini juga ditekankan di panca darma Ki Hadjar dan 10 Pedoman Guru.

3)   Hamemayu Hayuning Bawono, yang berarti pendidikan berguna bagi masyarakat yang lebih

luas lagi yaitu dunia atau masyarakat global.

Selanjutnya, Prof Dr. M. Sardjito3 juga menegaskan bahwa: sistem penddikan Ki Hadjar Dewantara itu dikehendaki merupakan alat untuk mencapai tujuan yang besar, yaitu kebudayaan nasional.

b) Pedagogi

Pendidikan adalah proses, maka agar tujuan Pendidikan seperti yang dimaksud oleh Ki Hadjar terwujud, di lapangan pendidikan sekolah diciptakan sistem, pedagogik dan metoda baru.
ü  Sistem PAMONG

Pemikiran Ki Hadjar mengenai guru, bukan hanya sebagai seorang pendidik dan pengajar namun juga sebagai values system transformer yang merupakan bagian dari proses kaderisasi kepemimpinan perjuangan bangsa. Menurut Ki Hadjar, pendidikan harus sesuai dengan kodrat keadaan anak, yaitu :

1)   Masa kanak-kanak 1-7 tahun

2)   Masa pertumbuhan Jiwa dan Pikiran 7-14 tahun

3)   Masa terbentuknya Budi Pekerti atau Kesadaran Sosial, 14-21 tahun

Maka ketiga pembagian masa pendidikan tersebut juga menuntut perlakuan yang berbeda dari pendidik dan diterapkan di Taman Siswa sesuai dengan tahapannya.
ü  Siswa Sebagai Pusat Pembelajaran

Dalam metode ini, pusat kegiatan beralih dari guru ke siswa dimana siswa belajar secara aktif dan bekerjasama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan masalah serta menemukan ilmu pengetahuan. Co-education diberlakukan dimana siswa yang memiliki kelebihan membantu temannya. Guru sebagai Pamong beralih fungsi sebagai pendamping belajar dan fasilitator.

Oleh karena itu, proses belajar mengajar di sekolah harus di titiberatkan berpusan pada siswa. Guru tidak hanya menjelaskan materi yang di ajarkan, akan tetapi yang lebih penting yang


harus di perhatikan bagaimana proses pembelajaran berlangsung biakan siswa mencari dan menemukan sebuah masalah kemudia menemukan sebuah jawaban dari masalah tersebut, guru hanya sebagai fasilitator saja.

Maka proses pembejaran seperti ini, akan memberikan sebuah pengetahuan baru bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya dalam belajar.

ü  Wirama

Wirama itu tidak lepas dari kodrat alam seperti keteraturan alam, keindahan alam, sifat alami alam yang ritmik. Wirama akan membiasakan manusia menghargai harmomi dalam keragaman, hal yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman bawaan. Dengan harmoni maka manusia akan selalu menyelaraskan hidupnya dengan lingkungannya serta menjaga kemerdekaannya dengan menghargai kemerdekaan orang lain. Wirama itu ada dalam adat-istiadat, tata-krama, kebiasaan setiap etnis suku bangsa.


c) Isi

Sudah di uraikan di atas antara pendidik dan pengajaran merupakan dua hal yang sanagt jauh berbeda. Maka, Ki Hadjar menekankan agar dalam pendidikan memperhatikan : Kodrat Alam, Kemerdekaan, Kemanusiaan, Kebudayaan, dan Kebangsaan,.


2.  Rumuskan apa panggilanmu sebagai Guru atau calon Guru melihat butir #1?

Sebagai seorang calon guru kita harus memberi inovasi model pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman agar siswa dapat menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Melihat pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, dapat dilihat bahwa paradigma pendidikan nasional berbasis perjuangan kebudayaan dan dalam teknis operasionalnya adalah proses membina perilaku dan memberikan ketrampilan untuk dapat berperan ditengah pergaulan internasional. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menegaskan secara teknis pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Ketiganya tidak dapat dipisahkan.

3. Jelaskan apa yang engkau pahami sebelum dan sesudah

mengerjakan tugas ini?

Pendidikan seharusnya mampu menghargai setiap potensi yang dimiliki peserta didiknya, tanpa ada pengekangan. Karena peserta didik hakikatnya adalah manusia merdeka yang mampu berkembang dengan baik dengan peran pendidikan yang baik pula. Manusia merdeka berarti seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Seperti ujaran Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya “educate the head,the heart, and the hand.

Karena setiap hubungan hegemoni adalah sebuah pendidikan. Kesadaran kritis sesuai dengan realita dan mewakili segala sesuatu dan fakta sebagaimana mereka ada secara empirik dalam hubungan korelatif timbal balik. Kesadaran naif mempertimbangkan dirinya superior terhadap fakta-fakta dalam mengontrol fakta-fakta dan demikian bebas untuk memahaminya sebagaimana dikehendaki dan menenggelamkan dirinya terhadap fakta-fakta. Menurut Freire, kesadaran kritis dibangun melalui dialog yang setara dan bukan bersifat hirarki. Sehingga, muncul hubungan timbal balik untuk saling memperkaya. Ibarat seorang pendidik berdiri di depan peserta didik dan bercerita atau membahas sesuatu yang berada di belakang pendidik. Maka, tentu si peserta didik tidak akan melihatnya. Oleh karena itu, posisi itu harus diubah dimana pendidik berada di samping peserta didik dan membahas tentang segala sesuatu yang dilihat bersama. Dengan demikian si peserta didik akan menjadi subyek, bukan obyek, seperti premise Freire bahwa manusia adalah subyek di dunia ini dan berintegrasi dengan dunia ini untuk membangun dunia. Kesadaran kritis tersebut bisa membuat siswa akan mampu memberikan solusi solusi yang relevan untuk menghadapi dan menyelesaikan isu isu yang sedang dihadapi oleh negara ini. Tentu saja lingkungan yang kondusif mampu menciptakan generasi generasi yang memiliki kemampuan berfikir kritis yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islam Normatif dan Historis, Pengertian, Pendekatan.

A.Pengertian Islam Normatif Normatif, dalam bahasa inggris “Norma” yang artinya norma, ajaran, atau acuan. Kata norma dalam Bahasa Indonesi...