Manajemen
strategik pendidikan
1. Simpulkan bagaimana pendapatmu
tentang Pendidikan Indonesia?
Paradigma pendidikan yang sudah di tuliskan bahwa menurut Mr. Soepomo
dalam Sidang BPUPKI, 31 Mei 1945 mengemukakan teori Negara ditinjau dari segi
integritas antara pemerintah dengan rakyat, yaitu tiga teori mengenai hubungan
negara dengan rakyatnya, yaitu : individualisme, kelas (golongan), dan
integralistik. Inilah yang menjadi pondasi awal dalam memperjuangkan serta
membangun negara. Akan tetapi dalam membangun suatu bangsa dan negara tidak
terlepas dari pendidikan, sebab ini jalan untuk menuju kedamaian yang
sebenarnya.
Berdasarkan tulisan ini, kalopun kita mengkritiknya mugkin tidak wajar
untuk mengkritiknya. Sebab, menurut saya tulisan tersebut sudah sesuai dan suad
benar dalam membangun bangsa negara ini. Adapun kritik yang menurut kami yang
harus di kritik dalam tulisan ini adalah Menurut teori integralistik, negara
adalah susunan masyarakat yang integral: semua anggota masyarakat merupakan
bagian dari persatuan organis. Negara tidak memihak kepada golongan yang paling
kuat, tidak mengutamakan kepentingan pribadi, melainkan menjamin keselamatan
hidup seluruh bangsa sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, akan tetapi
bukti dan pernyataan yang benar tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab, masih
banyak pemerintah yang dalam menjalankan pemerintahanya tidak sesuai atau
bertolak belakang dari teori integralistik tersebut.
Selain dari pada itu, dalam tulisan ini, Sejak
pilihan jatuh ke paham integritas, maka sikap bangsa ini sangat jelas ketika di
dunia ini ada dua paham yang saling berseberangan, yaitu individualisme dan
kelas atau golongan. Paham integritas yang dipilih di BPUPKI jelas
bukan gabungan atau sintesa dari dua paham yang berseberangan tersebut.
Oleh sebab itu, inilah awal kehancuran bangsa dan negara di karenakan banyak
individualisme golongan yang saling mementingkan diri sendiri, hingga pada
dampaknya yaitu proses pendidikan yang sudah di tetapkan tidak akan tercapai
pada tujuan yang sudah di rumuskan. Hingga pedoman guru yang harus di lakukan
tidak sesui yang seperti yang di tuliskan pada tulisan ini. Inilah sebagaian
segelintir masalah dalam tulisan ini yang akan menjerumuskan bangsa dan negara
serta dalam dunia pendidikan menjadi terpecah belah, hingga kemerdekaan yang
sesungguhnya mulai runtuh.
Seperti dalam
tulisan tersebut kosa kata REVOLUSI adalah perubahan cara berpikir yang
disertai dengan tindakan. Ki Hadjar Dewantara (1922) menemukan bahwa cara untuk
melawan kolonialisme adalah dengan cara yang digunakan oleh kolonialisme, yaitu
Pendidikan. Maka, revolusi Pendidikan Ki Hadjar yang bernuansa politik anti
kolonialisme diwujudkan dalam tiga bentuk, yaitu :
a) Tujuan Pendidikan
Pendidikan
kolonialisme Belanda yang mengutamakan Intelektualistis, Materialistis, dan Individualistis, telah menjauhkan
anak dari masyarakatnya dan dari alamnya. Oleh karena itu, paradigma itu dilawan oleh Ki Hadjar dengan paradigma yang
memperhatikan Kodrat Alam dan Jaman anak. Pendidikan tidak boleh menjauhkan
anak dari alamnya dan keluarganya.
Sehingga Ki Hadjar
membedakan antara pendidik dan pengajar Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan
merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi
pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak
mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau
dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan
kehendak kaum pendidik.
Sedang Pengajaran
adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat
bagi kehidupan lahir dan batin. Maka Sembilan butir makna Pendidikan menurut Ki
Hadjar di atas kemudian terangkum dalam Tri Rahayu, yaitu :
1)
Hamemayu Hayuning Sariro, yang berarti pendidikan berguna bagi yang bersangkutan, keluarganya,
sesamanya, dan lingkungannya. Disini sangat jelas apa arti manusia sebagai
makhluk individu dan sosial.
2)
Hamemayu Hayuning Bongso, yang berarti pendidikan berguna bagi bangsa , negara, dan tanah
airnya. Butir ini juga ditekankan di panca darma Ki Hadjar dan 10 Pedoman Guru.
3)
Hamemayu Hayuning Bawono, yang
berarti pendidikan berguna bagi masyarakat yang lebih
luas lagi
yaitu dunia atau masyarakat global.
Selanjutnya, Prof Dr. M. Sardjito3 juga menegaskan bahwa: sistem penddikan Ki Hadjar Dewantara itu
dikehendaki merupakan alat untuk mencapai tujuan yang besar, yaitu kebudayaan
nasional.
b) Pedagogi
Pendidikan adalah proses, maka agar
tujuan Pendidikan seperti yang dimaksud oleh Ki Hadjar terwujud, di lapangan
pendidikan sekolah diciptakan sistem, pedagogik dan metoda baru.
ü
Sistem PAMONG
Pemikiran Ki Hadjar
mengenai guru, bukan hanya sebagai seorang pendidik dan pengajar namun juga
sebagai values system transformer
yang merupakan bagian dari proses kaderisasi kepemimpinan perjuangan bangsa.
Menurut Ki Hadjar, pendidikan harus sesuai dengan kodrat keadaan anak, yaitu :
1)
Masa kanak-kanak 1-7 tahun
2)
Masa pertumbuhan Jiwa dan Pikiran 7-14 tahun
3)
Masa terbentuknya Budi Pekerti atau Kesadaran Sosial, 14-21 tahun
Maka ketiga pembagian masa pendidikan tersebut juga
menuntut perlakuan yang berbeda dari pendidik dan diterapkan di Taman Siswa
sesuai dengan tahapannya.
ü
Siswa Sebagai Pusat
Pembelajaran
Dalam metode ini, pusat kegiatan
beralih dari guru ke siswa dimana siswa belajar secara aktif dan bekerjasama
dengan teman-temannya untuk menyelesaikan masalah serta menemukan ilmu
pengetahuan. Co-education
diberlakukan dimana siswa yang memiliki kelebihan membantu temannya. Guru
sebagai Pamong beralih fungsi sebagai pendamping belajar dan fasilitator.
Oleh karena itu, proses belajar
mengajar di sekolah harus di titiberatkan berpusan pada siswa. Guru tidak hanya
menjelaskan materi yang di ajarkan, akan tetapi yang lebih penting yang
harus di perhatikan bagaimana proses
pembelajaran berlangsung biakan siswa mencari dan menemukan sebuah masalah
kemudia menemukan sebuah jawaban dari masalah tersebut, guru hanya sebagai
fasilitator saja.
Maka proses pembejaran
seperti ini, akan memberikan sebuah pengetahuan baru bagi siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya dalam belajar.
ü Wirama
Wirama itu tidak lepas dari kodrat alam
seperti keteraturan alam, keindahan alam, sifat alami alam yang ritmik. Wirama akan membiasakan manusia menghargai
harmomi dalam keragaman, hal yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang
memiliki keanekaragaman bawaan. Dengan harmoni maka manusia akan selalu
menyelaraskan hidupnya dengan lingkungannya serta menjaga kemerdekaannya dengan
menghargai kemerdekaan orang lain. Wirama itu ada dalam adat-istiadat,
tata-krama, kebiasaan setiap etnis suku bangsa.
c) Isi
Sudah di uraikan di
atas antara pendidik dan pengajaran merupakan dua hal yang sanagt jauh berbeda.
Maka, Ki Hadjar menekankan agar dalam pendidikan
memperhatikan : Kodrat
Alam,
Kemerdekaan, Kemanusiaan, Kebudayaan, dan Kebangsaan,.
2. Rumuskan apa panggilanmu sebagai
Guru atau calon Guru melihat butir #1?
Sebagai seorang calon guru kita harus memberi inovasi model pembelajaran
sesuai dengan perkembangan zaman agar siswa dapat menggali dan mengembangkan
potensi yang dimiliki. Melihat pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, dapat
dilihat bahwa paradigma pendidikan nasional berbasis perjuangan kebudayaan dan
dalam teknis operasionalnya adalah proses membina perilaku dan memberikan
ketrampilan untuk dapat berperan ditengah pergaulan internasional. Oleh karena
itu, Ki Hajar Dewantara menegaskan secara teknis pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Ketiganya tidak dapat dipisahkan.
mengerjakan tugas ini?
Pendidikan seharusnya mampu menghargai setiap potensi yang dimiliki
peserta didiknya, tanpa ada pengekangan. Karena peserta didik hakikatnya adalah
manusia merdeka yang mampu berkembang dengan baik dengan peran pendidikan yang
baik pula. Manusia merdeka berarti seseorang yang mampu berkembang secara utuh
dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan
menghormati kemanusiaan setiap orang. Seperti ujaran Ki Hajar Dewantara, bahwa
pendidikan seharusnya “educate the
head,the heart, and the hand.
Karena setiap hubungan hegemoni
adalah sebuah pendidikan. Kesadaran kritis sesuai dengan realita dan mewakili
segala sesuatu dan fakta sebagaimana mereka ada secara empirik dalam hubungan
korelatif timbal balik. Kesadaran naif mempertimbangkan dirinya superior
terhadap fakta-fakta dalam mengontrol fakta-fakta dan demikian bebas untuk
memahaminya sebagaimana dikehendaki dan menenggelamkan dirinya terhadap
fakta-fakta. Menurut Freire, kesadaran kritis dibangun melalui dialog yang
setara dan bukan bersifat hirarki. Sehingga, muncul hubungan timbal balik untuk
saling memperkaya. Ibarat seorang pendidik berdiri di depan peserta didik dan
bercerita atau membahas sesuatu yang berada di belakang pendidik. Maka, tentu
si peserta didik tidak akan melihatnya. Oleh karena itu, posisi itu harus
diubah dimana pendidik berada di samping peserta didik dan membahas tentang
segala sesuatu yang dilihat bersama. Dengan demikian si peserta didik akan
menjadi subyek, bukan obyek, seperti premise Freire bahwa manusia adalah subyek
di dunia ini dan berintegrasi dengan dunia ini untuk membangun dunia. Kesadaran
kritis tersebut bisa membuat siswa akan mampu memberikan solusi solusi yang
relevan untuk menghadapi dan menyelesaikan isu isu yang sedang dihadapi oleh
negara ini. Tentu saja lingkungan yang kondusif mampu menciptakan generasi
generasi yang memiliki kemampuan berfikir kritis yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar