Minggu, 11 Maret 2018

KONSEP MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


1.      Pendahuluan
a.      Kebijakan umum
Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, pengembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kebijakan peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efesiensi pendidikan.
Kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum nasional mencakup prinsip-prinsip:
1.      Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika
2.      Kesamaan memperoleh kesempatan
3.      Memperkuat identitas nasional
4.      Menghadapi abad pengetahuan
5.      Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi
6.      Mengembangkan keterampilan hidup
7.      Mengintegrasikan unsur-unsur penting kedalam kurikulum
8.      Pendidikan alternative
9.      Berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan
10.  Pendidikan multicultural
11.  Penilaian Berkelanjutan
12.  Pendidikan sepanjang hayat
Kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan menuntut pengembangan kurikulum yang dapat meminimalkan angka putus sekolah dan mengulang kelas, penyelenggaraan pendidikan secara terbuka dan polivalen lintas jenis jenjang jalur dan pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh.
Pengembangan kurikulum unggul perlu melibatkan peran serta masyarakat. Pemenuhan aspirasi masyarakat menjadi pemandu tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang mendukung efisiensi penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan fleksibilitas kurikulum yang dapat diakses oleh peserta didik dan oleh karenanya dikembangkan kurikulum berdeversifikasi, baik pada tingkat satuan pendidikan seacara terbuka dan polivalen, selain bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi juga meningkatkan efesiensi dalam penyelenggaraan pendidikan.
b.      Masalah-masalah dan Hambatan
Pengembangan Kurikulum Berdasarkan survey lapangan, 2002 :
a.    Masih Sering terjadi perbedaan persepsi visi dan misi yang hendak dicapai oleh setiap institusi pendidikan baik di jenjang dasar maupun jenjang sekolah menengah.
b.   Lahirnya gagasan desentralisasi dalam pengembangan kurikulum sebagai akibat desentralisasi pendidikan tidak disertai dengan acuan buku yang jelas. Dalam arti apakah lingkup pemberlakuan berada pada tingkat I, didaerah tingkat II, ataukah pada lingkup wilayah sekolah. Saat ini department hanya berada dipusat sementara didaerah mengalami perubahan menyatu dengan kantor dinas untuk tingkat kabupaten, sehingga garis komandonya mungkin menjadi terputus-putus atau hanya garis tipis, hal ini mungkin akan menjadi hambatan penyeragaman dalam pengembangan atau pelaksanaan kurikulum, monitoring dan evaluasi. Walau sisi positifnya daerah bisa lebih mandiri untuk saat ini untuk pengembangan kurikulum, monitoring dan evaluasi, daerah kurang memiliki pengalaman dalam pembuatannya, juga kurang SDM yang ada didaerah.
c.    Tim perekayasa kurikulum hingga saat ini masih terpusat ditingkat pusat, sementara di tingkat II, maupun pada wilayah atau sekolah belum tersedia sehingga sulit melakukan pengembangan terhadap kurikulum yang ada.
d.   Pengembangan kurikulum saat ini belum terorentasi pada kepentingan peserta didik atau peserta didik sebagai subjek (child oriented) tetapi kurikulum dikembangkan kearah peserta didik sebagai objek.
e.    Pengembangan kurikulum bersifat sentralistik dan kurang memberdayakan peran sekoalah dan partisipasi masyarakat. Belum adanya lembaga yang berperan sebagai media akuntabilitas pendidikan, Pengembangan kurikulum seringkali tidak dilandasi oleh filsafat pendidikan yang memberikan ide dasar dalam mewujudkan tujuan pendidikan
f.    Ketersedian dokumen kurikulum yang mamadai dan dapat dimiliki oleh setiap guru. Guru-guru tidak memiliki dokumen kurikulum yang lengkap atau memadai.
g.    Masalah dalam pengembangan kurikulum pelaksaanaan, monitoring, dan evaluasi dalam kurikulum lainnya
h.   Pengembangan kurikulum kurang memberikan bekal kepada siswa yang tidak melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi khususnya untuk SLTP dan SMU.
Pelaksanaan Kurikulum, Strategi pembelajaran pada umumnya mengacu pada penguasaan informasi dan pengetahuan yang tidak relevan dengan tercapainya tujuan institusional yang telah diracangkan. Pelaksanaan kurikulum dilapangan sering tidak dapat terlaksana optimal karena sarana prasarana penunjang sangat minim dan juga kualitas SDM kurang kreatif dan inovatif. Pelaksanaan kurikulum dalam aktivitas disekolah masih sebatas pada sosialisasi nilai dengan pola hafalan terhadap materi yang ada dalam kurikulum, Pembelajaran dikelas cenderung pengkotakan bidang studi yang ketat dan hanya memfokuskan pada perolehan NEM tertinggi.
Monitoring dan evaluasi, kegiatan monitoring dilapangan oleh pejabat yang berwenang hanya sebatas mengamati, seringkali dalam pengamatan tersebut tidak disertai rencana yang jelas sehingga dalam kegiatannya tanpa instrument untuk dapat menjaring informasi yang penting dan diperlukan.
Pemahaman terhadap konsep evaluasi yang dilaksanakan tidak mendudukung tercapainya tujuan instruksional yang telah dikembangkan sejak awal. Teknik evaluasi dan pengukuran yang digunakan oleh penyelenggara pendidikan dan yang menjadi garis kebijakan pemerintah belum komprehensif. Evaluasi kurikulum masih belum dipahami sebagai bagian yang penting dalam sistem kurikulum, masih simpang siurnya pemahaman kurikulum, antara para pelaksana dengan pihak berwenang melakukan monitoring. Monitoring cenderung bersifat satu arah (administratif), vertical serta kurang mengembangkan secara seimbang, baik vertikal maupun horizontal.
c.       Masalah Manajemen Pengembangan Kurikulum
Inti dari masalah manajemen pengembangan kurikulum, dipandang sebagai suatu tindak  professional. Ini artinya dalam usaha pengembangan kurikulum diperlukan suatu keahlian manajerial dalam arti kemampuan merencanakan, mengorganisasi, mengelola, dan mengontrol kurikulum. Dua kemampuan dalam hal “curriculum planning” disebut kemapuan pertama sedangkan kemampuan kedua disebut “curriculum Implementation”. Semua kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan manajemen pengembangan kurikulum (owen,1973).
Berdasarkan kondisi empiris tersebut, terasa pentingnya manajemen yang baik dalam pengembangan kurikulum. Dua masalah pokok manajemen yang dibahas dalam rangka rangka pengembangan kurikulum adalah Bagaimana manajemen dalam “Curriculum Plannig” . Bagaimana manajemen dalam “Curriculum Implementation”.
        Masalah pertama manajemen dalam perencanaan kurikulum, bertolak dari beberapa pemikiran, tentang siapa sesungguhnya yang merupakan manajer dalam pengembangan khususnya dalam perencanaan kurikulum, faktor-faktor apa yang mendorong suatu kurikulum yang harus diubah (origins of change), dan faktor-faktor lainnya yang dinilai berpengaruh dalam proses perencanaan kurikulum terlebih dahulu dalam implementasi nantinya.
Masalah kedua, adanya beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, pertama berkenan dengan pendekatan dalam perencanaan, kedua berkenan dengan strategis implementasi terutama masalah “support activities” berupa bantuan supervisor kepada guru-guru.
2.      Konsep Pengembangan Kurikulum
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah atau lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang.
Dalam sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik yang mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai berikut:
1.      Kurikulum merupakan suatu rencana atau perencanaan
2.      Kurikulum merupakan pengaturan, brarti mempunyai sistematika dan struktur tertentu.
3.      Kurikulum memuat atau berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk kepada perangkat mata ajaran atau bidang pengajaran tertentu.
4.      Kurikulum mengandung cara, atau metode atau strategi penyampaian pelajaran.
5.      Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
6.      Kendatipun tidak tertulis, namun telah tersirat didalam kurikulum, yakni kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
7.      Berdasarkan butir 6, maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat pendidikan.
Rumusan tersebut menunjukan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum, ialah:
1.      Tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi tujuan institusional, yang pada gilirannya dirumuskan menjadi tujuan instruksional (Umum dan Khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
2.      Tahap perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis, yang mencakup psikologis perkembangan dan psikologi belajar.
3.      Kesesuaian dengan lingkungan menunjuk pada landasan sosiologis atau lingkungan sosial masyarakat dibarengi oleh landasan bieokologis dan kultur ekologis.
4.      Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan semua sector ekonomi.
5.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian merupakan landasan kuktural dan budaya bangsa dengan multidimensionalnya.
6.      Jenis jenjang satuan pendidikan merupakan landasan organisatoris dibidang pendidikan.

Perekayasaan kurikulum dilaksanakan dalam situasi nyata disekolah, Implentasi kurikulum memerlukan suatu sistem perencanaan yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut.
1.         Perumusan tujuan.
2.         Program studi
3.         Identifikasi sumber-sumber
4.         Peran pihak-pihak terkait
5.         Kemampuan Profesional
6.         Unsur penunjang
7.         Penjadwalan pelaksanaan
8.         Sistem komunikasi
9.         Sistem monitoring
10.     Pencatatan dan pelaporan
11.     Evaluasi proses
12.     Revisi atau perbaikan
Asas Pengembangan berdasarkan pada asas-asas  pembangunan secara makro. Sistem pengembangan kurikulum harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
1.      Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas demokrasi pancasila.
3.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas keadilan dan pemerataan pendidikan.
4.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.
5.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas hokum yang berlaku.
6.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
7.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas nilai-nilai kejuangan bangsa.
8.      Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas pemanfaatan, pembangunan, penciptaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Mengacu pada pola piker manajemen, maka pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan secara terpadu dan berjenjang sebagai berikut.
1.      Tingkat Makro: Pengembangan kurikulum didukung oleh berbagai disiplin ilmu kealaman, ilmu sosial dan ilmu perilaku yang masing-masing menganut hukumnya sendiri (hokum kualitas, hukum normatif, dan hukum probabilitas).
2.      Tingkat struktural : Pengembangan kurikulum melibatkan peran serta berbagai pihak secara instektoral dan antarinstitusional baik dalam lingkungan pendidikan maupun non pendidikan.
3.      Tingkat mikro: Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistemik yang memuat semua komponen, lengkap, utuh, menyeluruh, konsisten dan serasi dengan faktor-faktor yang mendasarinya.
4.      Tingkat Individual: Pengembangan kurikulum mengacu dan melibatkan semua individu secara interaktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang dapat diamati secara terukur.
3.    Konsep Manajemen
Manajemen adalah proses sosisal yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya. Menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Bertitik tolak dari rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan sumber informasi. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang efesien dari segi tenaga, dana, waktu dan sebagainya. Manajemen mengacu kepencapaian tujuan tertentu, yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh manajemen berdasrkan pertimbangan multidimensional sebagai berikut:
1.      Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya.
2.      Para pengembang kurikulum mengikuti pola dan alur piker yang singkron dengan pola dan struktur berpikir dalam manajemen.
3.      Implementasi kurikulum sebagai bagian intergral dalam pengembangan kurikulum membutuhkan konsep, prinsip, dan prosedur serta pendekatan dalam manajemen.
4.      Pengembangan kurikulum tidak lepas bahkan sangat erat kaitannya dengan kebijakan dibidang pendidikan, yang bersumber dari kebijakan pembangunan nasional, kebijakan daerah , serta kebijakan sektoral.
5.      Kebutuhan manajemen disektor bisnis dan industri misalnya kebutuhan tenaga terampil, yang mampu meningkatkan produktivitas perusahaan, kebutuhan demokratisasi dilingkungan semua bentuk dan jenis organisasi.
Kemampuan manajemen memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai pembangunan nasional.  Memiliki kepribadian yang tangguh sebagai manusia indonesia yang berjiwa dan berfilsafat pancasila sesuai dengan undang-undang dasar 1945, serta berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan bidang garapan yang menjadi tanggung jawabnya yang terkait dengan organisasi sosial dan organisasi bisnis. Kemampuan bermasyarakat, baik dilingkungan internal organisasi maupun lingkungan eksternal organisasi. Memiliki kemampuan dibidang manajemen dalam rangka melaksanakan fungsinya manajemen dalam proses manajemen terpadu yang mencakup perencanaan, penggerakan koordinasi, control dan lain-lain.
4.      Ruang Lingkup Studi Manajemen Pengmbangan Kurikulum
Sebagai kerangka berpikir yang cukup sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup studi dikembangkan dalam tulisan ini, terdiri dan dibatasi pada:
1.      Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum, dalam konteks ini akan dipelajari masalah perencanaan kurikulum dan pengembangan selanjutnya penting mendapat perhatian, karena terkait erat dengan faktor-faktor mendasar, peran sebagai pihak dan metedologi pengembangan itu sendiri, sehingga merupakan suatu proses keseluruhan kegiatan dan pengembangan kurikulum.
2.      Manajemen pelaksanaan kurikulum.
3.      Supervisi pelaksanaan kurikulum.
4.      Pemantauan dan penilaian kurikulum.
5.      Perbaikan kurikulum
6.      Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum perlu dikaji lebih lanjut berkaitan dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daearah.
7.      Masalah ketenagaan dalam pengembangan kurikulum serta model kepemimpinan yang serasi pada konteks masyarakat yang berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islam Normatif dan Historis, Pengertian, Pendekatan.

A.Pengertian Islam Normatif Normatif, dalam bahasa inggris “Norma” yang artinya norma, ajaran, atau acuan. Kata norma dalam Bahasa Indonesi...