1. Pendahuluan
a. Kebijakan
umum
Pengembangan
kurikulum merupakan proses dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan
perubahan struktural pemerintahan, pengembangan ilmu dan teknologi maupun
globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan
visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
kebijakan peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efesiensi
pendidikan.
Kebijakan
umum dalam pembangunan kurikulum nasional mencakup prinsip-prinsip:
1.
Keseimbangan
etika, logika, estetika, dan kinestika
2.
Kesamaan
memperoleh kesempatan
3.
Memperkuat
identitas nasional
4.
Menghadapi
abad pengetahuan
5.
Menyongsong
tantangan teknologi informasi dan komunikasi
6.
Mengembangkan
keterampilan hidup
7.
Mengintegrasikan
unsur-unsur penting kedalam kurikulum
8.
Pendidikan
alternative
9.
Berpusat
pada anak sebagai pembangunan pengetahuan
10. Pendidikan multicultural
11. Penilaian Berkelanjutan
12. Pendidikan sepanjang hayat
Kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan menuntut pengembangan
kurikulum yang dapat meminimalkan angka putus sekolah dan mengulang kelas,
penyelenggaraan pendidikan secara terbuka dan polivalen lintas jenis jenjang
jalur dan pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh.
Pengembangan
kurikulum unggul perlu melibatkan peran serta masyarakat. Pemenuhan aspirasi
masyarakat menjadi pemandu tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan
kurikulum.
Pengembangan
kurikulum yang mendukung efisiensi penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan
fleksibilitas kurikulum yang dapat diakses oleh peserta didik dan oleh
karenanya dikembangkan kurikulum berdeversifikasi, baik pada tingkat satuan
pendidikan seacara terbuka dan polivalen, selain bertujuan untuk meningkatkan
angka partisipasi juga meningkatkan efesiensi dalam penyelenggaraan pendidikan.
b. Masalah-masalah
dan Hambatan
Pengembangan
Kurikulum Berdasarkan survey lapangan, 2002 :
a.
Masih
Sering terjadi perbedaan persepsi visi dan misi yang hendak dicapai oleh setiap
institusi pendidikan baik di jenjang dasar maupun jenjang sekolah menengah.
b.
Lahirnya
gagasan desentralisasi dalam pengembangan kurikulum sebagai akibat
desentralisasi pendidikan tidak disertai dengan acuan buku yang jelas. Dalam
arti apakah lingkup pemberlakuan berada pada tingkat I, didaerah tingkat II,
ataukah pada lingkup wilayah sekolah. Saat ini department hanya berada dipusat
sementara didaerah mengalami perubahan menyatu dengan kantor dinas untuk
tingkat kabupaten, sehingga garis komandonya mungkin menjadi terputus-putus
atau hanya garis tipis, hal ini mungkin akan menjadi hambatan penyeragaman
dalam pengembangan atau pelaksanaan kurikulum, monitoring dan evaluasi. Walau
sisi positifnya daerah bisa lebih mandiri untuk saat ini untuk pengembangan
kurikulum, monitoring dan evaluasi, daerah kurang memiliki pengalaman dalam
pembuatannya, juga kurang SDM yang ada didaerah.
c.
Tim
perekayasa kurikulum hingga saat ini masih terpusat ditingkat pusat, sementara
di tingkat II, maupun pada wilayah atau sekolah belum tersedia sehingga sulit
melakukan pengembangan terhadap kurikulum yang ada.
d.
Pengembangan
kurikulum saat ini belum terorentasi pada kepentingan peserta didik atau
peserta didik sebagai subjek (child
oriented) tetapi kurikulum dikembangkan kearah peserta didik sebagai objek.
e.
Pengembangan
kurikulum bersifat sentralistik dan kurang memberdayakan peran sekoalah dan
partisipasi masyarakat. Belum adanya lembaga yang berperan sebagai media
akuntabilitas pendidikan, Pengembangan kurikulum seringkali tidak dilandasi
oleh filsafat pendidikan yang memberikan ide dasar dalam mewujudkan tujuan
pendidikan
f.
Ketersedian
dokumen kurikulum yang mamadai dan dapat dimiliki oleh setiap guru. Guru-guru
tidak memiliki dokumen kurikulum yang lengkap atau memadai.
g.
Masalah
dalam pengembangan kurikulum pelaksaanaan, monitoring, dan evaluasi dalam
kurikulum lainnya
h.
Pengembangan
kurikulum kurang memberikan bekal kepada siswa yang tidak melanjutkan ke
lembaga pendidikan yang lebih tinggi khususnya untuk SLTP dan SMU.
Pelaksanaan
Kurikulum, Strategi pembelajaran pada umumnya mengacu pada penguasaan informasi
dan pengetahuan yang tidak relevan dengan tercapainya tujuan institusional yang
telah diracangkan. Pelaksanaan kurikulum dilapangan sering tidak dapat
terlaksana optimal karena sarana prasarana penunjang sangat minim dan juga
kualitas SDM kurang kreatif dan inovatif. Pelaksanaan kurikulum dalam aktivitas
disekolah masih sebatas pada sosialisasi nilai dengan pola hafalan terhadap
materi yang ada dalam kurikulum, Pembelajaran dikelas cenderung pengkotakan
bidang studi yang ketat dan hanya memfokuskan pada perolehan NEM tertinggi.
Monitoring
dan evaluasi, kegiatan monitoring dilapangan oleh pejabat yang berwenang hanya
sebatas mengamati, seringkali dalam pengamatan tersebut tidak disertai rencana
yang jelas sehingga dalam kegiatannya tanpa instrument untuk dapat menjaring
informasi yang penting dan diperlukan.
Pemahaman
terhadap konsep evaluasi yang dilaksanakan tidak mendudukung tercapainya tujuan
instruksional yang telah dikembangkan sejak awal. Teknik evaluasi dan
pengukuran yang digunakan oleh penyelenggara pendidikan dan yang menjadi garis
kebijakan pemerintah belum komprehensif. Evaluasi kurikulum masih belum
dipahami sebagai bagian yang penting dalam sistem kurikulum, masih simpang
siurnya pemahaman kurikulum, antara para pelaksana dengan pihak berwenang
melakukan monitoring. Monitoring cenderung bersifat satu arah (administratif),
vertical serta kurang mengembangkan secara seimbang, baik vertikal maupun
horizontal.
c. Masalah
Manajemen Pengembangan Kurikulum
Inti
dari masalah manajemen pengembangan kurikulum, dipandang sebagai suatu
tindak professional. Ini artinya dalam
usaha pengembangan kurikulum diperlukan suatu keahlian manajerial dalam arti
kemampuan merencanakan, mengorganisasi, mengelola, dan mengontrol kurikulum.
Dua kemampuan dalam hal “curriculum planning” disebut kemapuan pertama
sedangkan kemampuan kedua disebut “curriculum Implementation”. Semua kemampuan
ini diartikan sebagai kemampuan manajemen pengembangan kurikulum (owen,1973).
Berdasarkan
kondisi empiris tersebut, terasa pentingnya manajemen yang baik dalam
pengembangan kurikulum. Dua masalah pokok manajemen yang dibahas dalam rangka
rangka pengembangan kurikulum adalah Bagaimana manajemen dalam “Curriculum
Plannig” . Bagaimana manajemen dalam “Curriculum Implementation”.
Masalah
pertama manajemen dalam perencanaan kurikulum, bertolak dari beberapa pemikiran,
tentang siapa sesungguhnya yang merupakan manajer dalam pengembangan khususnya
dalam perencanaan kurikulum, faktor-faktor apa yang mendorong suatu kurikulum yang
harus diubah (origins of change), dan faktor-faktor lainnya yang dinilai
berpengaruh dalam proses perencanaan kurikulum terlebih dahulu dalam
implementasi nantinya.
Masalah kedua, adanya beberapa
faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, pertama berkenan dengan
pendekatan dalam perencanaan, kedua berkenan dengan strategis implementasi
terutama masalah “support activities” berupa bantuan supervisor kepada
guru-guru.
2.
Konsep
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program
kurikuler tersebut, sekolah atau lembaga pendidikan menyediakan lingkungan
pendidikan bagi siswa untuk berkembang.
Dalam
sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Rumusan ini lebih
spesifik yang mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai berikut:
1.
Kurikulum
merupakan suatu rencana atau perencanaan
2.
Kurikulum
merupakan pengaturan, brarti mempunyai sistematika dan struktur tertentu.
3.
Kurikulum
memuat atau berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk kepada perangkat mata
ajaran atau bidang pengajaran tertentu.
4.
Kurikulum
mengandung cara, atau metode atau strategi penyampaian pelajaran.
5.
Kurikulum
merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
6.
Kendatipun
tidak tertulis, namun telah tersirat didalam kurikulum, yakni kurikulum
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
7.
Berdasarkan
butir 6, maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat pendidikan.
Rumusan tersebut menunjukan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum, ialah:
1.
Tujuan
pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi tujuan institusional, yang pada
gilirannya dirumuskan menjadi tujuan instruksional (Umum dan Khusus), yang
mendasari perencanaan pengajaran.
2.
Tahap
perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis, yang mencakup
psikologis perkembangan dan psikologi belajar.
3.
Kesesuaian
dengan lingkungan menunjuk pada landasan sosiologis atau lingkungan sosial
masyarakat dibarengi oleh landasan bieokologis dan kultur ekologis.
4.
Kebutuhan
pembangunan nasional yang mencakup pengembangan sumber daya manusia dan
pembangunan semua sector ekonomi.
5.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian merupakan landasan kuktural dan
budaya bangsa dengan multidimensionalnya.
6.
Jenis
jenjang satuan pendidikan merupakan landasan organisatoris dibidang pendidikan.
Perekayasaan
kurikulum dilaksanakan dalam situasi nyata disekolah, Implentasi kurikulum
memerlukan suatu sistem perencanaan yang meliputi komponen-komponen sebagai
berikut.
1.
Perumusan
tujuan.
2.
Program
studi
3.
Identifikasi
sumber-sumber
4.
Peran
pihak-pihak terkait
5.
Kemampuan
Profesional
6.
Unsur
penunjang
7.
Penjadwalan
pelaksanaan
8.
Sistem
komunikasi
9.
Sistem
monitoring
10.
Pencatatan
dan pelaporan
11.
Evaluasi
proses
12.
Revisi
atau perbaikan
Asas Pengembangan berdasarkan
pada asas-asas pembangunan secara makro.
Sistem pengembangan kurikulum harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
1.
Kurikulum
dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Kurikulum
dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas demokrasi
pancasila.
3.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas keadilan
dan pemerataan pendidikan.
4.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.
5.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
hokum yang berlaku.
6.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
7.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
nilai-nilai kejuangan bangsa.
8.
Pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
pemanfaatan, pembangunan, penciptaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Mengacu
pada pola piker manajemen, maka pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan
secara terpadu dan berjenjang sebagai berikut.
1.
Tingkat
Makro: Pengembangan kurikulum didukung oleh berbagai disiplin ilmu kealaman,
ilmu sosial dan ilmu perilaku yang masing-masing menganut hukumnya sendiri
(hokum kualitas, hukum normatif, dan hukum probabilitas).
2.
Tingkat
struktural : Pengembangan kurikulum melibatkan peran serta berbagai pihak
secara instektoral dan antarinstitusional baik dalam lingkungan pendidikan
maupun non pendidikan.
3.
Tingkat
mikro: Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistemik yang memuat semua
komponen, lengkap, utuh, menyeluruh, konsisten dan serasi dengan faktor-faktor
yang mendasarinya.
4.
Tingkat
Individual: Pengembangan kurikulum mengacu dan melibatkan semua individu secara
interaktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran agar tercapai hasil
belajar yang dapat diamati secara terukur.
3.
Konsep Manajemen
Manajemen
adalah proses sosisal yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan
bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya. Menggunakan metode yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Bertitik
tolak dari rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih
lanjut. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses kerjasama
antar dua orang atau lebih secara formal. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan
sumber-sumber yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan sumber
informasi. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang efesien
dari segi tenaga, dana, waktu dan sebagainya. Manajemen mengacu kepencapaian
tujuan tertentu, yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengembangan
kurikulum harus dilandasi oleh manajemen berdasrkan pertimbangan
multidimensional sebagai berikut:
1.
Manajemen
sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu
lainnya.
2.
Para
pengembang kurikulum mengikuti pola dan alur piker yang singkron dengan pola
dan struktur berpikir dalam manajemen.
3.
Implementasi
kurikulum sebagai bagian intergral dalam pengembangan kurikulum membutuhkan
konsep, prinsip, dan prosedur serta pendekatan dalam manajemen.
4.
Pengembangan
kurikulum tidak lepas bahkan sangat erat kaitannya dengan kebijakan dibidang
pendidikan, yang bersumber dari kebijakan pembangunan nasional, kebijakan
daerah , serta kebijakan sektoral.
5.
Kebutuhan
manajemen disektor bisnis dan industri misalnya kebutuhan tenaga terampil, yang
mampu meningkatkan produktivitas perusahaan, kebutuhan demokratisasi
dilingkungan semua bentuk dan jenis organisasi.
Kemampuan manajemen
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai pembangunan nasional. Memiliki kepribadian yang tangguh sebagai
manusia indonesia yang berjiwa dan berfilsafat pancasila sesuai dengan
undang-undang dasar 1945, serta berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila tersebut, sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas. Dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan bidang
garapan yang menjadi tanggung jawabnya yang terkait dengan organisasi sosial
dan organisasi bisnis. Kemampuan bermasyarakat, baik dilingkungan internal
organisasi maupun lingkungan eksternal organisasi. Memiliki kemampuan dibidang
manajemen dalam rangka melaksanakan fungsinya manajemen dalam proses manajemen
terpadu yang mencakup perencanaan, penggerakan koordinasi, control dan
lain-lain.
4. Ruang
Lingkup Studi Manajemen Pengmbangan Kurikulum
Sebagai
kerangka berpikir yang cukup sederhana dan lebih mudah dipelajari secara
mendalam, maka ruang lingkup studi dikembangkan dalam tulisan ini, terdiri dan
dibatasi pada:
1.
Manajemen
perencanaan dan pengembangan kurikulum, dalam konteks ini akan dipelajari
masalah perencanaan kurikulum dan pengembangan selanjutnya penting mendapat
perhatian, karena terkait erat dengan faktor-faktor mendasar, peran sebagai
pihak dan metedologi pengembangan itu sendiri, sehingga merupakan suatu proses
keseluruhan kegiatan dan pengembangan kurikulum.
2.
Manajemen
pelaksanaan kurikulum.
3.
Supervisi
pelaksanaan kurikulum.
4.
Pemantauan
dan penilaian kurikulum.
5.
Perbaikan
kurikulum
6.
Desentralisasi
dan sentralisasi pengembangan kurikulum perlu dikaji lebih lanjut berkaitan
dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daearah.
7.
Masalah
ketenagaan dalam pengembangan kurikulum serta model kepemimpinan yang serasi
pada konteks masyarakat yang berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar