Selasa, 29 November 2016

Trilogi Ki Hajar Dewantara



MAKALAH
TRILOGI KI HAJAR DEWANTARA UNTUK
PEMIMPIN YANG IDEAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Org. Pendidikan
Dosen Pengampu:Dr. Sumidjo, M.Sc.

 

Di Susun Oleh:
1.Apri Eka Budiyono              (2016081005)
                                              

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
DIREKTORAT PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2016


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Makalah
Pemimpin adalah orang yang diberikan amanat (tanggung jawab) yang nantinya akan diminta pertanggung jawaban kepada orang yang memberikan amanat atau keppercayaan kepadanya. Pemimpin merupakan orang yang mamu untuk menuntun, membimbing, memandu dan menunjukan jalan yang benar terhadap kelompoknya. Pemimpin minimal harus dapat memimpi dirinya sendiri karena bagaimana mungkin seorang pemimpin tetapi tidak bisa memimpin dirinya sendiri, akan mampu memimpin kelompoknya untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Pemimpin (leader) merupakan ruh atau sentral dari sebuah organisasi. Berhasil dan maju atau tidaknya sebuah organisasi tergantung kepada pemimpinnya. Sehingga diharapkan dapat membawa perubahan pada organisai.
Menurut Wahyudi pemimpin menggunakan kemampuan dan kecerdasannya dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam oranisasi untuk memenuhi harapan kelompoknya. Dengan kata lain pemimpin berusaha melibatkan anggota organisasi untuk mencapai tujuan. Kemampuan untuk menggerakkan, mengarahkan dan mempengaruhi anggota organisasi sebagai wujud kepemimpinannnya. Kesanggupan mempengaruhi kearah tujuan tertentu sebagai indicator keberhasilan pemimpin.
Sekolah merupakan suatu komunitas pendidikan yang membutuhkan pemimpin yang mendayagunakan potensi yang ada dalam sekolah. Wajah sekolah ada pada kepala sekolah dan secara tidak langsung cita-cita mulia pendidikan diserahkan kepada kepala sekolah. Dapat dikatakan bahwa kepala sekolah mempunyai peran penting untuk memajukan sekolah yang dipimpin dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kenyataan yang didapat dilapangan justru sebaliknya, tidak sedikit kepala sekolah yang gagal dalam memimpin sekolah. Terbukti dengan banyaknya kasusu yang dilakukan kepala sekolah diantaranya ialah kepala sekolah yang melakukan korupsi dana bos, pungli (pungutan liar) kepada siswa-siswanya, perjokian di UN (ujian nasional) dimana kepala sekolah memberikan kunci jawaban kepada siswa-siswanya dengan imbalan berupa uang yang sudah disepakati bersama. Ada juga kepala sekolah yang dibawa kemeja hijau karena melakukan pelecehan seksual terhadap siswinya.
Berbicara mengenai kepemimpinan teringat akan ki Hajar Dewantara. Beliau dalah tokoh nasional yang sangat peduli dengan pendidikan. salah satu warisan ilmu beliau yakni adanya perguruan Taman Siswa. Menjalankan kepemimpinannya di Taman Siswa beliau menggunakankonsep trilogy kepemimpinan yang sering kita dengar yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (membimbing dengan keteladanan, membina dengan membangun kehendak, dan mendorong kreativitas dengan memberikan kekuatan).
Trilogi kepemimpinan sangat baik jika diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin anggotanya untuk lebih meningkatkan kinerja anggota sehingga akan memberikan kemajuan pada perkembangan sekolah.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian kepemimpinan?
2.      Bagaimana Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara?
3.      Bagaimana implementasi Trilogi Ki Hadjar Dewantara dalam kepemimpinan kepala sekolah?

C.      Tujuan Rumusan Makalah
Berdasarkan rumusanmasalah diatas dapat diperoleh manfaat pembutan makalah:
1.      Mengetahui pengertian kepemimpinan
2.      Mengetahui Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
3.      Mengetahui implementasi Trilogi Ki Hadjar Dewantara dalam kepemimpinan kepala sekolah.

D.      Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yakni mendapatkan sumber informasi yang berasal dari media cetak berupa buku dan media elektronik yang berupa internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kepemimpinan
1.    Pengertian Pemimpin Menurut Para Ahli
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Secara umum definisi kepemimpinan dapat di rumuskan sebagai berikut. “Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat  mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutkan berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan”.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kepemimpinan, yaitu: Kepemimpanan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M. Stogdill).
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sonda P. Siagian). Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin).
Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Fiedler). Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon – calon pemimpin. Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu - ilmu sosial, sebab prinsip – prinsipdan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002).
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), pengertian kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas – kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction teorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi, kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberi motivasi dan mempengaruhi orang – orang agar bersedia melakukan tindakan – tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.

2.    Syarat-Syarat Kepemimpinan
Dalam memangku jabatan pemimpin yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Rendah hati dan sederhana
b.      Bersifat suka menolong
c.       Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d.      Percaya kepada diri sendiri
e.       Jujur, adil dan dapat dipercaya
f.       Keahlian dalam jabatan.
Adanya syarat-syarat kepemimpinan seperti diuraikan di atas menunjukan bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tapi lebih-lebih lagi kemampuan dan kesediaan pemimpin.

B.       Pemikiran Trilogi Ki Hadjar Dewantara
1.    Pengertian Trilogi Ki Hadjar Dewantara
Konsep Trilogi Ki Hadjar Dewantara yang digunakan sebagai pijakan pemimpin di Taman Siswa yakni Ing Ngarso Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Trilogi Ki Hadjar Dewantara tidak asing untuk didengar apalagi Tut Wuri Handayani yang digunakan sebagai lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sehingga sering dijumpai di sekolah – sekolah.
a.    Ing Ngarso Sung Tuladha
Ing Ngarso Sung Tuladha secara harfiah berarti bahwa pemimpin yang berada di depan hendaknya memberi contoh. Sung berasal dari kata asung yang dalam bahasa jawa berarti memberi. Dalam kalimat tersebut Ki Hadjar Dewantara berpesan agar sung itu diartikan menjadi, karena antara memberi dan menjadi mempunyai makna yang berbeda.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan, namun juga harus menjadi teladan bagi orang – orang yang mengikutinya. Kata Ing Ngarsa tidak dapat berdiri sendiri, jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. Artinya seorang yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar pemimpin. Jika kita melihat kepemimpinan dari orang – orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.

b.   Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya artinya di tengah – tengah. Mangun berarti membangkitkan atau menggugah dan Karsa diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Makna dari Ing Madya Mangun Karsa adalah seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.
Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bahwa seorang pemimpin jika di tengah – tengah pengikutnya harus mampu memberikan motivasi agar semua bisa mempersatukan semua gerak dan perilaku secara serentak untuk mencapai tujuan bersama.
Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan, kekompakan dan kerja sama. Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya, melainkan ia juga harus berada di tengah – tengah orang yang dipimpinnya. Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa – apa, sedangkan orang yang dipimpinnya (anggota kelompoknya atau organisasinya) menderita. Pemimpin yang dapat bekerja sama dengan orang – orang yang dipimpinnya yang berada di tengah – tengah kelompoknya dan secara kooperatif berusaha bersama sambil membantu dan mendorong mereka.
c.    Tut Wuri Handayani
Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral  dan semangat kerja dari belakang. Tut Wuri Handayani berarti bahwa pemimpin harus sanggup memberi kemerdekaan kepada para pengikutnya dengan perhatian sepenuhnya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan jika kemerdekaan yang diberikan akan membahayakan dari para anggota.
Kemerdekaan diberikan pemimpin melalui tanggung jawab kepada yang dipimpin, memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperlihatkan kemampuannya dan sebagai pemimpin ia berdiri dibelakang, tetap waspada dan sikap turun tangan jika diperlukan.
Berdasarkan penjabaran konsep trilogi Ki Hadjar Dewantara di atas maka untuk mempermudah dalam memahaminya dapat dibuat bagan sebagai berikut.

2.    Dasar Pemikiran
Timbulnya pendidikan dan pengajaran secara barat pada jaman VOC. Sesudah VOC jatuh, kekuasaan diambil oleh pemerintah Belanda. Pada awal abad ke 19 pemerintah Belanda mulai menyelenggarakan sekolah – sekolah bagi bangsa kita. Maksud dari pemerintah Belanda mendirikan sekolah tidak untuk kebutuhan rakyat, tetapi untuk memenuhi tenaga terampil bangsa Belanda. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan dan maksud adanya pendidikan dan pengajaran waktu itu hanya diarahkan kepada pendidikan pegawai.
Masa penjajahan Belanda, pengajaran yang diterima oleh para anak- anak sangat kurang dan sangat mengecewakan sebagai alat pendidikan masyarakat. Anak – anak yang belajar di HIS (Hollands Inlandse School) yang merupakan sekolah rakyat Belanda untuk anak – anak Indonesia dengan bahasa pengantar Belanda, dididik menjadi seperti Belanda. Setiap hari, mereka membaca cerita bermacam – macam buku Belanda. Setiap kali mereka membaca atau mengarang cerita mengurangi kepercayaan dan kebanggaannya terhadap masyarakat sendiri. Jika anak – anak setiap hari dididik demikian, niscaya mereka tidak suka lagi hidup seperti masyarakatnya, kemudian karena kepandaiannya kurang maka jatuhlah pada jurang perbudakan. Hal ini jelas bahwa pendidikan Belanda memaksa anak – anak untuk menjadi apa yang mereka inginkan sehingga tidak dapat tumbuh sesuai dengan kodratnya.
Pendidikan HIS bagi anak – anak menimbulkan sikap individualisme dan juga membelandakan serta menjadikan mereka kaum budak. Sistem Belanda ini tidak cocok jika diterapkan di Indonesia karena tidak sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia.
Masa kecil Ki Hadjar Dewantara hidup di tengah – tengah masyarakat yang menderita dan mengalami penindasan. Kondisi inilah yang memaksanya untuk berfikir lebih jauh tentang pendidikan rakyat. Beliau merefleksikan pengalaman – pengalaman tersebut dalam konsep ajaran yang penuh dengan ajaran yang demokrasi. Ajaran Ki Hadjar Dewantara beraneka ragam, ada yang sifatnya konsepsional, petunjuk operasional, fatwa, nasehat dan sebagainya. Banyak hal yang sifatnya konsepsional yang dapat ditemukan pada bidang – bidang yang sesuai dengan predikatnya. Di bidang kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara mempunyai konsep Ing Ngarsa Sung Tuladha, IngMadya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani yang sudah mendapat pengakuan (legitimasi) dari masyarakat dengan sebutan Trilogi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara.

3.    Tujuan
a.    Mencapai hidup tertib dan damai
Manusia merdeka lahir dan batin yang dikehendaki adalah individu yang merdeka perasaannya dan merdeka perbuatannya. Masyarakat tertib damai sebagai tujuan merupakan salah satu pergaulan hidup manusia yang tata tertib dan teratur. Tidak hanya dari fisiknya saja yang tenang dan tertib sedangkan jiwanya tertekan pada kebebasan tetapi tata dan tertib dengan sukarela, tentram dan damai.
Menurut faham Taman Siswa masyarakat tertib damai hanya terwujud dalam satu kehidupan bersama berdasarkan cinta dan kasih sayang antar sesama dalam satu keluarga, yang sama hak dan kewajiban, sama derajat dan martabatnya merasakan kemanusiaan, sama merata merasakan rejeki kemurahan Tuhan.
Tertib yang sebenarnya tidak akan ada jika tidak ada damai antara manusia itu, hanya mungkin ada dalam keadilan sosial sebagai wujud berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan yang menghilangkan segala rintangan manusia terhadap sesamanya dalam syarat – syarat kehidupannya serta menjamin tertibnya syarat hidup lahir batin, sama rata dan sama rasa.
b.    Membentuk manusia yang merdeka
Sistem yang diterapkan oleh Belanda yaitu sistem regering, tucht en orde ini terdapat keganjilan. Terutama dalam prakteknya dimana anak dijadikan budak yang bisa mereka atur sekehendak mereka. Maka didikan yang sedemikian itu sebagai perkosaan atas kehidupan batin anak sehingga budi pekertinya rusak disebabkan selalu hidup di bawah paksaan dan hukuman yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya. Kalau meniru cara seperti Belanda tidak akan bisa membentuk orang yang mempunyai kepribadian.
Sistem among Ki Hadjar Dewantara pada hakekatnya merupakan sikap kepemimpinan yang dapat memberdayakan sumber daya manusia (SDM). Pamong disini membimbing yang didasari kasih sayang dengan memperlakukan orang yang sebagaimana mestinya dan memberi kebebasan untuk berkembang sesuai kodratnya.
Ki Hadjar Dewantara menawarkan konsep trilogi kepemimpinannya yang bersifat memanusiakan manusia dengan cara membentuk karakter pribadi (berakhlak mulia) untuk dapat menjadi teladan, keterampilan pemimpin untuk dapat membangun semangat kemauan dan selanjutnya dapat mendorong dengan memerdekakan anak didik untuk berkreatifitas dengan tetap memberi kekuatan.
Ki Hadjar Dewantara memberi kiasan pamong itu bertindak atau bersikap sebagai seorang juru tani terhadap tanaman peliharaannya. Paomng hakekatnya sama kewajibannya dengan seorang petani yang menanam padi, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapatmemperbaiki tanahnya, memelihara tanamannya, memberi pupuk dan air, memusnahkan ulat – ulat atau jamur yang mengganggu hidup tanamannya. Tetapi walaupun ia dapat memperbaiki pertumbuhan tanamannya, ia tidak akan dapat mengganti kodrat – kodartnya padi. Misalkan ia tidak akan bisa menjadikan padi yang ditanamnya tumbuh sebagai jagung atau harus berbuah di dalam 3 bulan.  Pak tani harus takluk pada kodratnya padi. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaannya bahkan ia dapat juga menghasilkan tanamannya lebih besar dari pada tanamannya yang tidak dipelihara akan tetapi mengubah kodrat padi itu mustahil.
Pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap pamong yang diilustrasikan sebagai juru tani mengimplisitkan landasan tugas pamong adalah mengacu kepada pemulihan harkat dan martabat manusia (anak) dan diarahkan kepada bakat dan kodratnya. Hal ini berarti bahwa pamong bersikap menuntun dan memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan kreatifitas yang memberikan faedah bagi tumbuhnya anak.

4.    Prinsip Trilogi Ki Hajar Dewantara
a.    Prinsip Keteladanan
Yang dimaksud keteladanan yaitu setiap saat atau setiap kesempatan menjadi contoh atau suri tauladan. Pamong senantiasa diharapkan untuk selalu bertutur kata dan bertingkah laku baik untuk menjadi panutan bagi orang yang dipimpinnya.
Prinsip ini memandang bahwa Kepala Sekolah/pamong sebagai orang yang wajib digugu (dipatuhi) dan ditiru (diteladani) tidak diragukan keberadaannya. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pula bahwa di dalam hal laku pendidikan termasuk syarat yang berat. Pamong harus menguasai diri sendiri serta mengatur hidupnya untuk dapat dicontohkan oleh orang – orang yang ada di bawah pimpinannya.
Memang ada suatu kenyataan bahwa orang banyak/massa itu sebenarnya selalu membutuhkan tuntunan dari seorang pemimpin yang ditaati dan dipatuhi. Keteladanan ini diibaratkan dalam peribahasa Belanda yang berbunyi Woorden wekken, voorbeelden trekken yang mempunyai arti kata – kata itu menyadarkan, contoh – contoh teladan itu menarik. Hal ini memberikan pengertian bahwa tingkah laku dan sikap yang dilakukan oleh pemimpin lebih berarti dan lebih diperhatikan oleh bawahannya daripada nasehat yang selalu diucapkannya.
Dalam prinsip pemberian contoh atau teladan, secara tidak langsung sangat menuntun dan mengandalkan aspek kepribadian Kepala Sekolah (pamong). Menjadi contoh menuntut konsekuensi yang lebih berat daripada sekedar memberi contoh. Prinsip ini sesuai dengan salah satu dari Trilogi Ki Hadjar Dewantara yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha.
b.    Prinsip partisipasi
Dalam suatu kepemimpinan, masalah partisipasi setiap staf pada setiap usaha lembaga dipandang sebagai kepentingan yang mutlak. Pemimpin dengan berbagai usaha mencoba membangkitkan kesadaran setiap stafnya agar mereka merasa dan rela ikut bertanggungjawab dan selanjutnya aktif ikut serta dalam pelaksanaan program pendidikan. Berhasilnya pemimpin dalam menimbulkan minat, kemauan dan kesadaran bertanggungjawab pada setiap staf akan meningkatkan partisipasi mereka.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan dengan Tringa yaitu ngerti – ngrasa – nglakoni (mengerti, merasakan dan melakukan). Setiap cita – cita kita diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan dalam pelaksanaannya, tahu dan mengerti saja tidak cukup dan tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan dan memperjuangkannya. Pemimpin dituntut untuk ikut aktid tidak hanya menyuruh orang yang dipimpinnya.
Kepala Sekolah harus mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait dalam setiap kegiatan sekolah. Selanjutnya jika mereka menunjukan partisipasi secara aktif, berarti satu fungsi kepemimpinan telah dapat dilaksanakannya dengan baik, hal ini berarti sesuai dengan Ing Madya Mangun Karsa.
c.    Prinsip kooperatif
Adanya partisipasi dari para staf belum berarti bahwa kerja sama diantara mereka telah terjalin dengan baik. Kerja sama merupakan interaksi sosial antara individu atau kelompok yang secara bersama – sama mewujudkan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama itu tidak hanya berlangsung antara orang – orang yang berada dalam lembaga atau sekolah tetapi juga diperluas dengan mereka yang berada di luar lembaga, yang ikut berkepentingan untuk keberhasilan program pendidikan.
Di dalam prinsip ini Kepala Sekolah harus mementingkan kerja sama dengan staf dan pihak lain dalam melaksanakan kegiatan sekolah. Hal ini merupakan buah dari Ing Madya Mangun Karsa.
d.   Prinsip kebebasan
Pamong memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membuat keputusan sesuai dengan hasrat dan kehendaknya, sepanjnag hal itu masih sesuai dengan norma – norma yang wajar dan tidak merugikan siapapun. Bila pelaksanaan kebebasan tersebut ternyata menyimpang dari ketentuan yang seharusnya, seperti melanggar peraturan atau hukum masyarakat yang berlaku dan bisa merugikan pihak lain atau diri sendiri maupun warga masyarakat lingkungannya maka pamong harus bersikap handayani.
Ki Hadjar Dewantara juga memberikan contoh yang sangat sederhana mengenai pelaksanaan kebebasan yang dimisalkan dengan radio. Setiap orang boleh memiliki radio, boleh membunyikan dan memilih acara yang disukainya. Namun harus ingat kepada kepentingan orang lain, yaitu tidak menyembunyikan dengan suara keras yang memecahkan telinga. Apalagi kalau ada tetangga atau orang lain yangs edang tidur, istirahat dan sebagainya yang memerlukan suasana tenang.
Dengan demikian kebebasan diri juga berarti dapat memelihara kebebasan orang lain, tidak menyusahkan atau merepotkan orang lain. Batas kebebasan itu diatur oleh norma – norma masyarakat, nilai peraturan – peraturan dan hukum yang berlaku wajib ditaati. Hal ini berarti manusia bebas harus dapat mengendalikan diri, tepo selira dan mengatur diri sendiri secara disiplin mematuhi segala peraturan. Prinsip ini sesuai dengan konsep Tut Wuri Handayani.




5.    Fungsi trilogi Ki Hajar Dewantara
a.    Mengganti sistem pendidikan barat
Untuk mengganti sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh Kolonial Belanda maka Ki hadjar Dewantara menyumbangkan hasil pemikirannya yang bercorak demokrasi dengan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani yang dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara.
Trilogi kepemimpinan diharapkan dapat mengganti sistem Belanda yang mendidik dengan memaksa seperti majikan dengan budak, tanpa mengetahui kemampuan individu sehingga tidak dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki. Sistem Belanda yang tidak sesuai dengan kultur di Indonesia memang seharusnya dihilangkan.
b.    Sebagai sarana mengembangkan potensi kodrati anak
Konsep ini menjaga kelangsungan kehidupan batin si anak dan tidak ada paksaan, tetapi juga tidak membiarkan anak – anak. Pamong harus mengamati agar anak – anak tumbuh menurut kodratnya. Setiap anak pasti mempunyai potensi yang tertanam pada masing – masing individu yang digali untuk dapat dikembangkan. Melalui Trilogi Ki Hadjar Dewantara pengembangan potensi dapat dikembangkan dengan memberi motivasi (Ing madya Mangun Karsa) dan kebebasan untuk hidup mandiri (Tut Wuri Handayani).

C.      Implementasi Trilogi Ki Hajar Dewantara dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.    Implementasi Ing Ngarsa Sung Tuladha
Karena seorang pemimpin hakikatnya harus bisa berperilaku Ing Ngarsa Sung Tuladha, maka ia merupakan tokoh panutan. Untuk itu pemimpin harus mempunyai nilai lebih dari pada pengikutnya atau kelompok masyarakat yang dipimpinnya. Hal ini sangat penting agar ia mampu melaksanakan tugas selaku pemimpin.
Keteladanan kepala sekolah merupakan karakter/kepribadian yang dimiliki kepala sekolah dan dapat memberi contoh serta dapat dijadikan salah satu pijakan oleh warga sekolah untuk melakukan sesuatu. Semua tingkah laku dan sikap yang dilakukan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap sikap karyawan, pamong dan siswa sehingga kepala sekolah harus bisa menjaga kepercayaan terhadap dirinya. Adapun contoh keteladanan kepala sekolah adalah :
a.    Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan.  Sikap tanggung jawab kepala sekolah tercermin ketika sedang ada kegiatan di luar sekolah, selalu menyempatkan waktunya walaupun hanya sebentar datang ke sekolah untuk melihat dan memastikan bahwa tidak ada masalah di sekolah.

b.    Keteladanan
Suatu sikap yang dilakukan oleh seseorang yang dapat dicontoh oleh orang lain. Kepala sekolah merupakan orang yang jujur terutama masalah keuangan. Kepala sekolah selalu transparan dan selalu membuat laporan keuangan bulanan yang disusun dalam satu tahun. Dalam laporan tersebut tercantum transaksi dan penerimaan dana dan keadaan keuangan. Laporan keuangan ini disampaikan juga kepada wali murid pada awal tahun ajaran baru.
Pemimpin yang baik harus taat dan rajin beribadah. Kepala sekolah melakukan sholat berjama’ah dengan pamong dan siswa – siswinya.
c.    Mendengarkan Orang Lain
Sikap mendengarkan orang lain merupakan sikap menghargai pendapat atau saran orang lain.  Sikap ini dimiliki kepala sekolah yang dapat dilihat ketika kepala sekolah mengadakan rapat yang dilaksanakan setiap bulan sekali. Dalam rapat kepala sekolah selalu memberikan kesempatan bagi anggota rapat yang ingin memberikan usulan, sharing, ataupun memberikan masukan terhadap permasalahan yang ada di sekolah. Di luar jam sekolah, kepala sekolah selalu membuka waktu jika ada pamong atau siswa yang ingin meminta bantuan atau menyampaikan permasalahan melalui alat komunikasi.



2.    Implementasi Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bahwa seorang kepala sekolah jika berada di tengah – tengah pengikutnya, harus mampu memberikan motivasi agar semua bisa mempersatukan semua gerak dan perilaku secara serentak untuk mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah (guru, karyawan dan siswa). Jika motivasi kerja yang diberikan tinggi maka produktivitas juga tinggi begitu juga jika motivasi kerja rendah maka produktivitas yang dihasilkan akan rendah. Jadi, kepala sekolah harus mempunyai motivasi yang tinggi sehingga diharapkaan mampu menjadi orang yang memberikan semangat kepada sumber daya sekolah.
Kepala sekolah dalam rangka membangun kehendak pamong, karyawan dan siswa diimplementasikan dengan :
a.    Memberdayakan staf
Pemberdayaan staf dilakukan kepala sekolah untuk menciptakan rasa nyaman dalam bekerja .
b.    Memberikan layanan prima
Kepala sekolah memberikan layanan yang cukup menarik agar dapat menumbuhkan kepercayaan siswa untuk belajar di sekolah yang dipimpinnya.


c.    Fokus pada peserta didik
Dengan cara mencukupi sarana dan prasarananya, memberikan layanan kesehatan dan memperhatikan motivasi belajar.

3.    Implementasi Tut Wuri Handayani
Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan Handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
Maksud dari Tut Wuri Handayani adalah kepala sekolah harus memberikan kebebasan  kepada warganya untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya dan memberi pengarahan jika diperlukan. Kebebasan kepala sekolah diberikan untuk semua warga sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah mengimplementasikan melalui pendelegasian tugas dan kewenangan kepada masing – masing staf dan siswa.
 


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberi motivasi dan mempengaruhi orang – orang agar bersedia melakukan tindakan – tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: Rendah hati dan sederhana, Bersifat suka menolong, Sabar dan memiliki kestabilan emosi, Percaya kepada diri sendiri, Jujur, adil dan dapat dipercaya Keahlian dalam jabatan.
Trilogi Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarso Sung Tuladha secara harfiah berarti bahwa pemimpin yang berada di depan hendaknya memberi contoh. Ing Madya artinya di tengah – tengah. Mangun berarti membangkitkan atau menggugah dan Karsa . Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat.
Implementasi Trilogi Ki Hadjar Dewantara dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Implementasi Ing Ngarsa Sung Tuladha. tanggung jawab kepala sekolah tercermin ketika sedang ada kegiatan di luar sekolah, selalu menyempatkan waktunya walaupun hanya sebentar datang ke sekolah untuk melihat dan memastikan bahwa tidak ada masalah di sekolah. Kepala sekolah Kepala sekolah selalu transparan. menghargai pendapat atau saran orang lain.  Implementasi Ing Madya Mangun Karsa Kepala memberikan motivasi kerja yang diberikan tinggi maka produktivitas juga tinggi. Implementasi Tut Wuri Handayani kepala sekolah harus memberikan kebebasan  kepada warganya untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya dan memberi pengarahan jika diperlukan.

  
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara. Ki Hajar Pendidikan.

Dewantara. Asas – Asas dan Dasar – Dasar Taman Siswa. Yogyakarta: MLPTS. 1990.

Suhono, Anton. Sistem Pguron Taman Siswa bagi Suatu Bentuk Altrnatif terhadapTantangan dan Tentangan Sistem Pendidikan Kolonial dalam buku 60 tahun Taman Siswa. Yogyakarta. Percetakan Taman Siswa. 1982

Wiryosentono, Moesman. Pengembangan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara, dalam buku Ki Hajar Dewantara dalam pandangan.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2014. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islam Normatif dan Historis, Pengertian, Pendekatan.

A.Pengertian Islam Normatif Normatif, dalam bahasa inggris “Norma” yang artinya norma, ajaran, atau acuan. Kata norma dalam Bahasa Indonesi...